BOJONEGORO – KEPANJEN 2 JUNI 2022

NEGARA ATAS ANGIN KABUPATEN BOJONEGORO
NEGERI ATAS ANGIN KABUPATEN BOJONEGORO

Perjalanan kali ini merupakan rute terpanjang kedua dengan waktu tempuh terlama kedua juga. Berdasarkan rekaman jalur, perjalanan Bojonegoro – Kepanjen ini kami tempuh dengan jarak 263 Km dalam waktu 10 jam 6 menit. Sudah termasuk berhenti istirahat, makan, salah jalan, macet & mampir ke beberapa spot.

Karung Nyawa. Judul sebuah novel yang pertama kali membuat saya penasaran dengan Bojonegoro. Memang, novelnya penuh dengan hal klenik & horor, tapi karena menyebutkan lokasi yang benar-benar nyata sebagai latar ceritanya, saya pun jadi penasaran. Di sebelah mana sih tepatnya desa-desa & sungai yang disebut dalam novel?

Berbekal penasaran itulah, akhirnya saya menemukan bahwa ada banyak jalur asik di Bojonegoro. Salah satunya, yang akan kami lewati hari ini. Rute yang akan kami lewati kali ini adalah Kalitidu – Bubuhan – Sekar – Klino – Gondang – Rejoso – Lengkong – Kertosono – Purwosari – Plemahan – Pagu – Gurah – Plosoklaten – Wates – Nglegok – Garum – Wlingi – Kesamben – Selorejo – Karangkates – Sumberpucung – Kromengan – Kepanjen.

GAPURA MASUK DESA CANCUNG KABUPATEN BOJONEGORO
GAPURA MASUK DESA CANCUNG KABUPATEN BOJONEGORO

Rute Bojonegoro – Bubulan kami lalui dengan sangat lancar. Dari tempat kami menginap, motor kami arahkan masuk ke Kota Bojonegoro. Ya, meskipun hanya di pinggirnya saja. Tidak jauh dari gapura selamat datang, motor kami arahkan menuju Selatan. Rute melewati jalanan khas pinggiran kota. Jalan arteri sekunder yang hanya lurus saja. Memang ada beberapa persimpangan, tapi untuk menuju Bubulan, cukup lurus saja sampai jalannya mentok sendiri. Arus lalu lintas terbilang sepi, tidak ada kemacetan seperti di jalan di pinggiran kota asal kami. Jalannya pun lebar dan kondisinya sangat baik.

Jalan baru akan bercabang setelah melewati Pasar Dander. Kota tujuan berikutnya berada di Kabupaten Nganjuk. Jika di persimpangan mengambil arah kiri, maka rute akan terus megikuti jalan lintas utama, melewati Waduk Pacal. Sedangkan jika mengambil arah kanan, maka akan melewati jalur alternatif via Kec. Sekar. Berhubung saya penasaran bagaimana kondisi jalur menuju Kecamatan Sekar, maka motor kami arahkan ke kanan. Tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 1 Km saja, arus lalu lintas menjadi sangat sepi. Kala itu hanya ada motor kami & 1 motor warga yang akhirnya menyusul dan menghilang di depan.

Selepas Wana Wisata Dander, jalan akan membelah area hutan jati yang sesekali diselingi kebun tebu & jagung. Jalanan hanya lurus saja dan kondisinya ada yg berlubang tapi tidak parah. Jalur asik pertama kami hari ini. Meskipun hanya ada motor kami yang melaju ke arah Selatan, tapi kami tidak memacu motor terlalu cepat. Sayang kalau suasana seperti ini tidak dinikmati.

DESA KLINO KECAMATAN SEKAR 2
DESA KLINO KECAMATAN SEKAR 2

Suasana sangat syahdu, mungkin karena tengah hari kami melintas di jalur ini. Seandainya kami melintas ketika hari sudah gelap, mungkin akan lain cerita. Sepanjang jalur ini tidak akan ditemui permukiman dalam radius cukup jauh ke arah Barat & Timurnya. Benar-benar Alas Jati blaassss. Jika di Gmaps, ada yang menamai Alas Jati ini dengan sebutan Alas Balong Panggang.

Permukiman baru akan ditemui ketika memasuki wilayah Desa Cancung, Kec. Bubulan. Itupun hanya sebuah desa kecil yang asri dan tidak terlalu ramai. Rasanya seperti berada di belakang komplek perumahan kami. Motor kami arahkan menuju Barat, ke Pasar Bubulan. Bahkan, pasar pun sangat sepi. Ah, iya, ini kan tengah hari. Beberapa meter setelah melewati Pasar Bubulan, jalan kembali masuk membelah area hutan jati. Kali ini nama yang kami dapat di Gmaps adalah Alas Bubulan.

Kondisi jalan masih tetap sama. Hanya motor kami yang melintas ke arah Barat. Jalanan pun masih beton dengan kondisi yang sangat baik. Cuaca cukup cerah. Langit biru dengan hiasan awan putih dan sinar matahari siang menuju sore menemani perjalanan kami di tengah Alas Bubulan. Tepat di ujung jalan, akan terdapat Pos Hutan Paldaplang. Di pos inilah jalan akan bercabang ke kanan dan ke kiri. Jika ke arah kanan, maka akan kembali ke Kec. Ngasem, tepatnya tidak jauh dari simpangan jalan arah dari Ngambon. Jalur yang kemarin malam kami lewati ketika menuju Kalitidu. Kami mengambil arah kiri, menuju Kec. Sekar.

DESA KLINO KECAMATAN SEKAR
DESA KLINO KECAMATAN SEKAR

Meskipun sama-sama area hutan jati, tapi Alas Bubulan ini masih lebih dekat dengan area permukiman. Setidaknya sampai jalan mulai menaiki bukit. Medan jalan berikutnya, akan terus menaiki bukit dan melewati area perbukitan. Di sinilah jalur asik berikutnya. Meskipun sudah jauh dari pusat Kota Bojonegoro, bukan jalan lintas utama, dan di tengah area hutan jati & ladang penduduk, tapi kondisi jalannya beton mulus dan ada juga yang masih pavling block bagus. Pemandangan di kanan & kiri jalan tidak usah ditanya lagi. Hamparan hijau hutan jati, ladang jagung, tebu, aliran sungai di bawah sana, dibatasi jejeran perbukitan. Dengan langit biru cerah benar-benar membuat perjalanan ini terasa asik. Ditambah lagi, kami tidak perlu repot-repot berbarengan dengan truk.

Karena sedari Dander tidak kami temui 1 pun truk. Padahal beberapa kali kami melewati lahan jagung & tebu di Bubulan yang baru dipanen, tapi belum ada aktivitas muat hasil kebun. Medan jalan kembali menuruni bukit. Setelah tiba di dasar bukit, kami akan memasuki wilayah administrasi Desa Deling, Kec. Sekar, Kab. Bojonegoro. Masih desa kecil yang syahdu. Dikelilingi sawah, ladang jagung & ladang tebu. Sebagian sudah dipanen. Di sekeliling desa, terlihat jejeran perbukitan yang masih menghijau.

Setelah melewati pusat Desa Deling, medan jalan akan kembali menaiki bukit. Kali ini tanjakan menuju bukit, tidak sepanjang sebelumnya. Di bukit inilah terdapat lokasi yang dikenal sebagai “Negeri Atas Angin”. Meskipun lebih pendek, tetapi medannya lebih curam. Tikungannya pun lebih tajam. Untungnya, kondisi jalan masih beton baik, ada besi pembatas, ada lampu jalan (jika melintas malam hari tidak akan terlalu gelap), dan arus lalu-lintasnya sangat sepi.

JALUR NGASEM SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO
JALUR NGASEM SEKAR KABUPATEN BOJONEGORO

Ujung jalur menanjak ini adalah sebuah lokasi wisata yang dinamakan “Negeri Atas Angin”, lengkap dengan bangunan berupa tulisan nama lokasi. Di area ini terdapat semacam rest area, taman bermain anak, warung-warung, dan area parkir yang sangat luas. Berhubung kami lewat sini di hari kerja, jadi tempat ini sangat sepi. Mungkin jika akhir pekan atau libur panjang atau libur Lebaran tempat ini mungkin ramai pengunjung. Selepas Negeri Atas Angin, jalan berbelok dan pemandangan di kanan dan kiri sedikit tertutup. Medan jalan pun akan mulai menuruni bukit. Tepat di kaki bukit, akan kembali ditemui permukiman warga.

Ujung jalan merupakan persimpangan. Ke kanan yang ditandai sebuah gapura, merupakan jalan menuju Kantor Kecamatan Sekar. Sementara, jalan yang menurun ke kiri, merupakan jalan tembus menuju Desa Klino. Medan jalan akan kembali menanjak bukit, namun tidak securam dan setinggi sebelumnya. Setelah itu, jalanan menyusuri pinggiran bukit. Mata masih disuguhi pemandangan yang menyejukan. Medan jalan akan kembali menurun dan kali ini kami memasuki wilayah administrasi Desa Klino, Kec. Sekar, Kab. Bojonegoro. Jarak antar permukiman warga sudah tidak sejauh sebelumnya. Tidak lama, kami pun tiba di Tugu Klino. Jika mengambil arah lurus dan kanan, terus mengikuti jalan utama, bisa tembus di Kec. Saradan, Kab. Madiun. Motor kami arahkan ke kiri, berhubung tujuan kami adalah Kab. Nganjuk.

Jalan ke arah kiri, lebih kecil dan tidak semulus arah lurus. Jalan kemudian melipir ke kaki bukit. Di bukit ini, terdapat stasiun pemancar satu stasiun TV. Bukit ini pada Gmaps diberi nama Gunung Pandan. Jalur yang kami lalui melewati sisi Utara Gunung Pandan. Kondisi jalan masih tetap bagus, meskipun sudah melewati perbukitan. Jalanan masih sesekali membelah area hutan jati. Area hutan ini menjadi jarak antara satu kedusunan dengan kedusunan lainnya di Kec. Gondang. Bahkan, setelah melewati Puskesmas Gondang hingga mendekati Terminal Betek, masih akan melewati area hutan jati.

JALUR PERBUKITAN NGASEM SEKAR 2
JALUR PERBUKITAN NGASEM SEKAR 2

Jalan yang berada di depan Terminal Betek sekaligus merupakan persimpangan. Simpangan dari jalur Dander – Temayang – Gondang. Kami pun membelokan motor ke kanan, menuju Kec. Rejoso, Kab. Nganjuk. Setelah ini, kami akan terus melewati jalan raya. Bukan lagi jalan lintas alternatif. Kondisi jalan beraspal mulus, jalanan juga lebih lebar. Sesekali ada truk yang lewat, meskipun secara keseluruhan arus lalu-lintas dari Kec. Gondang hingga mendekati Bendungan Semantok terbilang sepi. Jalanan kembali memasuki area hutan jati.

Area hutan jati ini merupakan perbatasan antara Kabupaten Bojonegoro dengan Kabupaten Nganjuk. Meskipun ketika kami melintas, saya tidak melihat ada gapura perbatasan. Memasuki wilayah Kab. Nganjuk, akan ditemui jalan yang berlubang. Medan jalan pun mulai didominasi oleh turunan. Mendekati area Bendungan Semantok, area sekeliling menjadi gersang, berdebu, dan arus lalu-lintas  mulai ramai. Belum lagi ditambah truk proyek yang lalu-lalang.

Ada 1 hal yang cukup menarik di sepanjang jalur Bojonegoro. Sepanjang perjalanan dari Bubulan hingga Gondang, jalan terus beriringan dengan Kali Gandong. Jika dilihat pada Gmaps, Kali Gandong akan ditemui sedari Temayang – Sekar – Ngambon hingga berujung di Purwosari. Ujung Kali Gandong di hilir langsung masuk ke Bengawan Solo. Dengan kata lain, Kali Gandong merupakan salah satu anak Bengawan Solo. Memasuki Kec. Rejoso, tepatnya setelah melewati proyek Bendungan Semantok, kondisi jalan banyak berlubang. Jalan masih sangat lebar, karena untuk akses truk proyek bendungan maupun truk lainnya. Ketika kami melakukan perjalanan ini, Bendungan Semantok masih dalam tahap pembangunan.

JALUR PERBUKITAN NGASEM SEKAR
JALUR PERBUKITAN NGASEM SEKAR

Perjalanan kami kali ini banyak beriringan dan berpapasan dengan truk, selesai sudah rute asik Bojonegoro kami di perjalanan kali ini. Kec. Rejoso merupakan kecamatan yang berada lebih rendah dibandingkan Kec. Sekar & Kec. Gondang, Kab. Bojonegoro. Hal ini ditandai dengan medan jalan yang sudah datar serta suhu udara yang kembali menghangat. Kali ini, kami mengambil arah menuju Kec. Lengkong, tidak mengambil jalur yang menuju pusat kota Kabupaten Nganjuk. Selepas Pasar Rejoso, iring-iringan truk mulai terpecah. Ada yang mengambil jalur ke Timur, sebagian besar mengambil arah ke Selatan, tepatnya ke arah pusat Kabupaten Nganjuk dan gerbang tol Nganjuk.

Selepas Pasar Gondang, arus lalu lintas kembali sepi. Kali ini sangat jarang kami bertemu dengan truk. Kondisi jalan cukup buruk. Sepanjang Pasar Gondang di Kec. Gondang hingga Pasar Lengkong di Kec. Lengkong banyak sekali lubang yang cukup dalam. Meskipun arus lalu lintas sepi & jalanan hanya lurus saja, tapi kami tidak bisa memacu motor terlalu cepat.

Pada saat membuat rute dari Bojonegoro menuju Kepanjen, ada beberapa tempat yang menurut saya menarik untuk didatangi. Ada Waduk Pacal, Bendung Gerak Bojonegoro,Bendungan Gongseng, dan Waduk Jambendawe di Kabupaten Bojonegoro. Waduk Banyubiru Wedegan, Bendungan Semantok, Waduk Kedungsengon, Embung Bangle, Waduk Sumberkepuh, Waduk Logawe, Waduk Sumbersono, dan Waduk Perning di Kabupaten Nganjuk. Wisaya Sumberjembangan, Sumber Sirahnggolo, Sumber Biting di Kabupaten Kediri. Telaga Pancung dan Embung Umbul di Kabupaten Blitar.

GAPURA MASUK DESA SEKAR
GAPURA MASUK DESA SEKAR

Waduk Pacal dan Bendungan Gongseng kami skip karena takut kemaleman sampai di Kepanjen. Apalagi kalau kami mampir di spot yang berada di Kediri dan Blitar, sepertinya sudah sangat sore. Dari semua list yang satu arah dengan jalur kami menuju Kepanjen, sepertinya untuk 3 Waduk yang berada di Nganjuk ini, masih bisa kekejar. Hitung-hitung sekalian istirahat. Waduk Sumberkepuh, Waduk Logawe, dan Waduk Sumbersono menjadi pilihan untuk kami singgahi.

Di Pasar Lengkong, kami berbelok ke kiri, ke arah Utara, karena waduk yang akan kami kunjungi berada di sisi Utara Kec. Lengkong. Untungnya, kondisi jalan termasuk baik, hanya lurus saja dan arus lalu-lintas ramai lancar. Sebetulnya, di jalur ini kami bisa juga sekalian mengunjungi Embung Bangle dan Waduk Perning. Hanya saja, jalan menuju Embung Bangle sedikit meragukan, takutnya kami harus sedikit offroad ataupun trekking. Jika Waduk Perning, sedikit melambung dan kami harus balik arah menuju rute yang sudah diplot. Mengingat waktu kami tidak banyak, dan hari ini kami harus sampai di Kepanjen, jadi tujuan kami tetap 3 waduk yang sudah disebutkan di atas.

Tidak terasa, kami sudah tiba di persimpangan menuju Waduk Sumbersono dan Waduk Logawe. Kondisi jalan sedikit rusak, namun hanya rusak menghilang lapisan aspal teratasnya. Waduk Sumbersono dan Waduk Logawe lokasinya bersebelahan. Untuk masuk ke Waduk Sumbersono, melewati jalan kecil di antara ladang jagung. Jalannya berupa aspal. Sementara jalan masuk menuju Waduk Logawe merupakan jalan serupa halaman rumah.

VIEW JALUR NGASEM SEKAR
VIEW JALUR NGASEM SEKAR

Waduk Sumbersono adalah waduk pertama yang kami datangi. Cukup ramai warga yang memancing maupun yang lalu-lalang di area waduk. Kami masuk ke area Waduk Sumbersono dari sisi Barat. Awalnya, saya plot jalur untuk masuk dari sisi Timur, dari area permukiman. Namun, setelah cek lagi, aga meragukan, karena seperti ada tembok pembatas antara area waduk dengan area permukiman penduduk.

Terdapat jalan setapak yang digunakan penduduk untuk lalu-lalang dari arah Timur ke Barat melewati sisi Selatan waduk. Di sisi Selatan inilah kami memarkirkan sepeda motor kami. Kami tiba di Waduk Sumbersono masih sekitar pukul 14.00 WIB. Matahari masih sangat terik, tapi tidak mengapa, segera kami mengambil beberapa dokumentasi. Untuk kunjungan kami kali ini memutuskan untuk tidak mengelilingi Waduk Sumbersono. Kami cukup mengambil dokumentasi dari sisi Selatan waduk saja.

Tujuan kami berikutnya yaitu Waduk Logawe. Dari ketiga danau yang kami datangi, Waduk Logawe yang jalan masuknya masih belum terlalu jelas. Kami pun segera membelokan motor ke dalam sebuah halaman seprti bangunan kantor. Tepat di ujung kanan jalan setapak ini, terdapat Waduk Logawe. Untuk masuk ke area Waduk Logawe, kami harus menaiki anak tangga. Tidak seperti di Waduk Sumberkepuh dan Sumbersono, motor dapat disimpan langsung tepat di sisi waduk. Sebenarnya ada jalan masuk lain dari sisi Utara. Di Waduk Logawe pun terdapat jalan setapak tanah untuk mengelilingi area waduk satu putaran penuh. Hanya saja, lagi – lagi tidak kami lakukan pada kunjungan kali ini karena keterbatasan waktu.

TUGU KLINO KABUPATEN BOJONEGORO
TUGU KLINO KABUPATEN BOJONEGORO

Tujuan berikutnya yaitu Waduk Sumberkepuh. Lokasinya tidak berdekatan, tetapi untungnya kondisi jalannya cukup baik, jadi tidak terlalu memerlukan tambahan waktu. Kami mengambil jalur yang masuk dari sisi Barat waduk. Dari sisi Barat ini, terdapat jalan untuk menuju sisi Selatan dan sisi Utara. Lokasi Waduk Sumberkepuh tidak terlalu berhimpitan dengan rumah – rumah warga, sehingga area di sekelilingnya lebih terbuka.

Sayangnya, untuk mengelilingi Waduk Sumberkepuh satu putaran penuh sedikit sulit. Jalan setapak yang memadai tidak terdapat di sisi Utara dan Timur waduk. Jalan merupakan jalan setapak yang benar – benar melewati area kebun/ladang warga. Karena sudah menjelang sore dan kamipun mulai merasa ngantuk, jadi kali ini kami hanya mengambil dokumentasi dari sisi Timur waduk saja. Jika menghadap ke sisi Barat Waduk Sumberkepuh, maka akan terlihat jelas jejeran perbukitan (hutan jati) yang berada di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Jalur yang sama dengan yang kami lewati. Setelah selesai mengunjungi 3 waduk di Desa Sumberkepuh, Kec. Lengkong, kami kembali lagi menuju Pasar Lengkong untuk kembali melanjutkan perjalanan ke arah Kertosono.

Dari Pasar Lengkong, motor kami arahkan menuju Kertosono. Arus lalu-lintas semakin ramai begitu memasuki Kec. Kertosono, terlebih ketika memasuki area pusat kuliner yang berada di Jalan Ahmad Yani. Di ujung Jalan Ahmad Yani akan ditemui persimpangan besar. Persimpangan ini merupakan pertemuan dengan Jalan Nasional dari arah pusat kota Kab. Nganjuk. Kami pun mengarahkan motor kami ke arah Timur melalui Jalan Nasional. Tidak lebih dari 1 Km, kami sudah menyeberangi Sungai Brantas.

PERTIGAAN TERMINAL BETEK KABUPATEN BOJONEGORO
PERTIGAAN TERMINAL BETEK KABUPATEN BOJONEGORO

Sungai Brantas menjadi pembatas geografis antara Kab. Nganjuk dengan Kab. Kediri. Daerah berikutnya yang akan kami lewati. Kami berbelok ke kanan, menuju Kec. Purwosari. Jika terus mengikuti Jalan Nasional akan mengarah ke Kab. Jombang. Jalan Nasional di Kec. Purwosari merupakan jalur perlintasan truk dan bus AKAP, sehingga, pada jam-jam tertentu perjalanan akan sedikit terhambat. Jalanan cukup lebar, kondisi aspal sangat baik & masuk ke dalam kawasan yang padat permukiman penduduk.

Tepat di dekat Polsek Purwosari, kami membelokan motor ke sebuah jalan yang lebih kecil ke arah Timur. Tujuannya, tentu saja untuk menghindari jalan yang terlalu ramai. Jalanan yang kami lalui, banyak melewati area kebun tebu. Arus lalu-lintas pun didominasi oleh sepeda motor warga. Kami pun kembali ke jalan raya, tepat di Pasar Desa Wonokerto. Dari Pasar Wonokerto, kami mengambil arah ke Lapangan Bogo lalu mengikuti jalan raya utama menuju Pagu. Tepat setelah Pasar Pagu, tepatnya di seberang Lapangan Sitimerto, kami mengambil jalan ke arah kiri di perempatan. Lagi-lagi kami mengambil jalan kolektor primer. Tujuannya jelas, untuk menghindari jalanan yang ramai oleh lalu-lalang truk tebu.

Ada dua kawasan yang kami hindari di jalur ini, pertama adalah Simpang Lima Gumul, yang kedua adalah Kota Pare. Alasannya jelas, karena malas jika harus melewati daerah yang ramai. Karena itu, kami terus mengambil jalan Kolektor Primer, hingga bertemu kembali jalan Arteri Sekunder di pinggiran Kota Pare. Tepatnya di Jalan Raya Pare – Wates.

ALAS BALONG PANGGANG KABUPATEN BOJONEGORO
ALAS BALONG PANGGANG KABUPATEN BOJONEGORO

Arus lalu-lintas sudah sedikit lebih sepi, kondisi jalan beraspal mulus, jalan pun sangat lebar. Tanpa terasa, kami sudah sampai di ujung jalan yang berupa percabangan. Ke arah kanan menuju Kediri dan Simpang Lima Gumul. Kami mengambil arah kiri menuju Kab. Blitar. Memasuki Jalan Raya Plosoklaten – Wates, kami kembali beriringan dengan beberapa truk. Untungnya truk kosong, jadi jalannya lebih cepat. Perjalanan terus mengikuti jalan raya yang merupakan jalan alternatif antar kabupaten sampai memasuki Kab. Blitar.

Setiba di Pasar Patok, motor kami arahkan menuju Jalan Penataran. Jalan dari Pasar Patok hingga mendekati kawasan wisata Candi Penataran sangat ramai oleh truk tebu dan truk pasir. Kondisi jalan pun banyak yang rusak. Meskipun sepanjang jalan merupakan area permukiman, tetapi penerangan jalan hanya mengandalkan lampu dari rumah warga. Sehingga, ketika melewati area kebun akan sangat gelap. Cukup bahaya jika terlalu ngebut.

Ada yang menarik di jalur ini, tepatnya di perbatasan antara Desa Sumbersari dengan Desa Kedawung. Jalan raya berubah menjadi jalan kecil berpavling block. Di kanan & kiri jalan merupakan kebun warga & tidak ada penerangan jalan. Jalan sedikit menurun, lalu kembali sedikit menanjak. Tidak ada pagar pembatas di kanan & kiri jalan, jadi, kalau terlalu mepet, bisa-bisa langsung jatuh ke ladang. Beda tinggi antara jalan & ladang pun cukup lumayan. Ada warga yang berjaga di jalur ini. Di ujung tanjakan terdapat gapura masuk Desa Kedawung. Tidak jauh setelah gapura masuk akan ditemui persimpangan dengan akses masuk menuju area penambangan pasir.

AKSES MASUK WADUK LOGAWE
AKSES MASUK WADUK LOGAWE

Jalanan mendekati objek wisata Candi Penataran sedikit lebih lebar dan terang. Di Pasar Penataran, kami mengarahkan motor ke arah Desa Modangan. Kalau terus mengikuti jalan raya utama akan menuju ke Makam Bung Karno. Salah satu daerah yang kami hindari karena masuk area perkotaan. Memasuki Desa Modangan, jalan kembali mengecil. Penerangan jalan hanya mengandalkan dari rumah warga. Jalanan pun banyak yang rusak. Kami pun masih beriringan dengan truk pasir.

Jalanan akan tetap monoton seperti itu hingga tiba di persimpangan Jalan Raya Sidodadi. Jika mengambil arah kanan di jalan raya ini, akan tiba di jalan Nasional di daerah Garum, tetapi jadi sedikit mundur. Karena itu, kami mengambil jalur ke kiri, ke arah Kec. Gandusari. Memasuki Desa Sumberagung, jalanan kembali menjadi jalan antar desa. Sesekali permukiman warga diselingi kebun dan ladang tebu. Di sini, sudah tidak terlalu banyak truk pasir dan tebu.

Setiba di Polsek Gandusari, kami mengarahkan motor ke arah Selatan menuju Wlingi melalui Jalan Kelud. Ujung Jalan Kelud merupakan persimpangan dengan Jalan Nasional. Di sini kami mengambil ke arah Timur, menuju Wlingi. Tapi tentu saja, kami tidak mengambil jalur yang mengarah ke Alun-Alun Wlingi. Kami mengambil jalur yang langsung menuju Kantor Kepala Desa Klemunan. Ujung jalur yang berada tepat di depan Kantor Desa Klemunan merupakan pertemuan dengan Jalan Nasional yang mengarah ke Kepanjen.

PERMUKIMAN DI TIMUR WADUK SUMBERSONO
PERMUKIMAN DI TIMUR WADUK SUMBERSONO

Arus lalu-lintas mulai ramai. Dari sepeda motor, mobil pribadi, sampai truk pun ada. Setelah ini kami hanya tinggal mengikuti jalan Nasional sampai ke Kepanjen Memasuki Kesamben, arus lalu lintas semakin padat. Bahkan, perjalanan kami tersendat karena banyaknya truk tebu dari 2 arah & medan jalan yang kembali berkelok dan menaiki bukit. Karena sudah malam, arus lalu-lintas yang ramai, dan juga sudah cape, jadi kami hanya fokus mengikuti jalan dan menyalip truk-truk tebu, teman seperjalanan kami. Sedari Grobogan sampai Blitar, kami selalu beriringan atau berpapasan dengan truk tebu, bahkan di jalan potong yang sepi sekalipun. Ya, jalan potongnya lewat tengah kebun tebu, pasti barengan truk tebu.

Karena terlalu fokus, saya sampai lupa mengambil jalan yang khusus kendaraan kecil dan sepeda motor di Karangkates. Akibatnya, kami malah masuk jalur yang khusus truk. Sepanjang jalur yang berkelok dan didominasi oleh hutan, hanya motor kami satu-satunya yang melintas di sini dari arah Barat ke Timur. Selebihnya truk tebu, truk BBM, truk pasir dan aneka truk lainnya. Sementara dari arah berlawanan, sesekali kami berpapasan dengan sepeda motor warga.

Karena sudah pernah lewat jalur ini awal 2020 lalu, jadi kami tidak lagi meraba-raba jalur. Memang, berbahaya sih menjadi satu-satunya motor di jalur yang ramai oleh truk. Untungnya sesekali dari arah berlawanan tidak ada truk yang melintas, jadi kami bisa dengan mudah menyusul rombongan truk di depan kami. Kalau begini, serasa sedang berada di Tanjungsari. Kondisi jalan, medan, dan kendaraan yang melintas pun sama. Malah, kalau di Tanjungsari, truk muatan seperti truk tambang pun sering kami salip. Karena medannya dominan tanjakan bila dari arah Barat, jadi, laju truk yang searah dengan kami sangat lambat. Jadi sekalinya kami menyalip truk di depan kami, bisa sampai lebih dari 5 truk. Lumayaan, jadi mempersingkat waktu tempuh.

VIEW ARAH BARAT WADUK LOGAWE
VIEW ARAH BARAT WADUK LOGAWE

Akhirnya kami keluar dari jalur truk dan jalanan sudah bergabung kembali. Setiba di Pasar Sumberpucung, arus lalu-lintas sudah tidak seramai seperti di Kesamben & Selorejo. Mungkin karena truk masih terhambat di jalur Karangkates. Tidak sedikit juga truk yang bersitirahat setelah lolos dari jalur Karangkates. Perjalanan pun cukup lancar, kali ini kendaraan yang melintas kebanyakan sepeda motor warga, kendaraan pribadi & sesekali truk tebu. Tetapi, dari arah Timur ke Barat masih cukup banyak iring-iringan truk tebu. Karena hampir di semua wilayah di Jawa Timur sedang panen tebu, jalanan jadi meriah dengan lalu-lalang truk tebu. Tidak kebayang kalau sedang bukan musim panen tebu, pasti banyak rute yang kami lalui sedari Grobogan yang sepi, karena tidak ada truk tebu yang mengangkut hasil panen.

Memasuki Kepanjen, arus lalu-lintas sangat sepi. Kami memilih melewati jalan lingkar Kepanjen dibandingkan jalan raya utama yang melewati pusat kota. Alasannya, jelas, agar bisa lewat jalan yang sepi kendaraan. Alasan lain memilih Kepanjen ketimbang Kota Malang, yaitu agar kami hanya tinggal meneruskan jaan ke arah Timur dan sudah bebas dari arus lalu-lintas dan kemacetan perkotaan.

Setiba di tempat menginap, badan baru terasa lemas. Bahkan p*nt*t rasanya sakit sekali. Kami pun memutuskan untuk menginap 2 malam di Kepanjen. Padahal rencananya, sebelum sampai di tujuan utama kami di Kota Lumajang, kami menargetkan hanya menginap semalam saja. Ini adalah perjalanan terpanjang kedua kami selama perjalanan ini. Perjalanan terpanjang kami adalah ketika pulang dari Kepanjen nanti. Kami tiba di Kepanjen tepat pukul 21.00 WIB. Sangat malam menurut standar kami.

VIEW ARAH BARAT WADUK SUMBERKEPUH
VIEW ARAH BARAT WADUK SUMBERKEPUH
VIEW ARAH BARAT WADUK SUMBERSONO
VIEW ARAH BARAT WADUK SUMBERSONO

VIEW ARAH SEALATAN WADUK SUMBERKEPUH
VIEW ARAH SEALATAN WADUK SUMBERKEPUH
VIEW ARAH SELATAN WADUK SUMBERKEPUH
VIEW ARAH SELATAN WADUK SUMBERKEPUH
VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE 2
VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE 2
VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE 3
VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE 3
VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE
VIEW ARAH TIMUR WADUK LOGAWE
VIEW ARAH TIMUR WADUK SUMBERSONO
VIEW ARAH TIMUR WADUK SUMBERSONO
VIEW ARAH UTARA WADUK LOGAWE
VIEW ARAH UTARA WADUK LOGAWE
VIEW ARAH UTARA WADUK SUMBERSONO
VIEW ARAH UTARA WADUK SUMBERSONO
MASUK KABUPATEN KEDIRI
MASUK KABUPATEN KEDIRI
WADUK SUMBERKEPUH KABUPATEN NGANJUK
WADUK SUMBERKEPUH KABUPATEN NGANJUK

Leave a comment